Semalam aku tidur sejak siang (waktu jam setelah isa sebelum jam sepuluh malam), tertidur dan memang sengaja untuk tidur bersama Mama. Aneh, setiap kali tidur bersamanya,
rasanya hati ini tenang, tentram, dan tidak ada yang perlu aku khawatirkan selama perjalanan mengarungi alam mimpi. Berbeda dengan ketika aku harus tertidur sendiri di kamarku, selalu saja syarafku terasa masih bekerja dan terjaga.Mama, ia sosok yang penuh dengan keajaiban. Bersamanya hati ini terasa nyaman.
Ada banyak pepatah mengenai kasih Ibu yang tak dapat dibayar oleh apapun.
Ya semua kalimat itu tak mungkin dapat aku pungkiri atau bahkan aku tepis meski hanya sejengkal atau sekalipun.
Bukan aku tak mau memuji akan sosokmu. Tapi kata ku tlah habis untuk sekedar mengatakan semua rasa syukurku atas keberadaanmu selalu, atas kelahiranku dari rahimmu, atas didikanmu yang tak mungkin dapat kutulis disini, atas segala yang kau beri tanpa sempat ingin ini terucap.
Mama, malu aku akan sosokmu, malu karena harus berulang kali melakukan salah yang sama dan kembali melakukan ritual permohonan maaf atas khilaf yang terulang.
Aku pun tak pandai bersuara yang menentramkan hatimu, aku tak pandai menjadi sosok yang engkau mau, tidak sepertimu Mama, yang selalu menjadi seperti apa yang aku inginkan.
Mama, selama hidupku 18 tahun ini, mungkin berulang kali aku membuatmu meneteskan air mata di pagi buta untuk meminta pada Yang Maha Kuasa agar anakmu ini dapat menyelesaikan setiap tantangan hidupnya dengan lapang dan kemudahan, atau bahkan mungkin engkau menjerit pada Illahi atas kesakitan yang kuberi bertubi-tubi.
Mama Maaf......
Ini kata yang hampir basi terucap dari mulutku yang tak punya malu.
Aku selalu bermimpi dapat memberikan sebuah dan mungkin lebih banyak dari itu sebuah rasa bangga tanpa henti, agar kau tak menyesal melahirkanku ke dunia ini. Agar kau tak merasa bersalah ketika keputusanku yang salah memilih jalan hidup. Dan agar kau tetap selalu ada untukku sampai nanti, sampai batas waktu waktu yang tak dapat di tulis lagi dengan sebuah angka dan nominal.
rasanya hati ini tenang, tentram, dan tidak ada yang perlu aku khawatirkan selama perjalanan mengarungi alam mimpi. Berbeda dengan ketika aku harus tertidur sendiri di kamarku, selalu saja syarafku terasa masih bekerja dan terjaga.Mama, ia sosok yang penuh dengan keajaiban. Bersamanya hati ini terasa nyaman.
Ada banyak pepatah mengenai kasih Ibu yang tak dapat dibayar oleh apapun.
Ya semua kalimat itu tak mungkin dapat aku pungkiri atau bahkan aku tepis meski hanya sejengkal atau sekalipun.
Bukan aku tak mau memuji akan sosokmu. Tapi kata ku tlah habis untuk sekedar mengatakan semua rasa syukurku atas keberadaanmu selalu, atas kelahiranku dari rahimmu, atas didikanmu yang tak mungkin dapat kutulis disini, atas segala yang kau beri tanpa sempat ingin ini terucap.
Mama, malu aku akan sosokmu, malu karena harus berulang kali melakukan salah yang sama dan kembali melakukan ritual permohonan maaf atas khilaf yang terulang.
Aku pun tak pandai bersuara yang menentramkan hatimu, aku tak pandai menjadi sosok yang engkau mau, tidak sepertimu Mama, yang selalu menjadi seperti apa yang aku inginkan.
Mama, selama hidupku 18 tahun ini, mungkin berulang kali aku membuatmu meneteskan air mata di pagi buta untuk meminta pada Yang Maha Kuasa agar anakmu ini dapat menyelesaikan setiap tantangan hidupnya dengan lapang dan kemudahan, atau bahkan mungkin engkau menjerit pada Illahi atas kesakitan yang kuberi bertubi-tubi.
Mama Maaf......
Ini kata yang hampir basi terucap dari mulutku yang tak punya malu.
Aku selalu bermimpi dapat memberikan sebuah dan mungkin lebih banyak dari itu sebuah rasa bangga tanpa henti, agar kau tak menyesal melahirkanku ke dunia ini. Agar kau tak merasa bersalah ketika keputusanku yang salah memilih jalan hidup. Dan agar kau tetap selalu ada untukku sampai nanti, sampai batas waktu waktu yang tak dapat di tulis lagi dengan sebuah angka dan nominal.