Rabu, 23 Juni 2010

Bondan Prakoso & Fade 2 Black - Ya Sudahlah (original klip & lirik)









Ketika segala emosi di jiwa telah memuncak, maka ingatlah, bahwa manusai tetap memiliki keterbatasan.

Tak Ada Kata

Semalam aku tidur sejak siang (waktu jam setelah isa sebelum jam sepuluh malam), tertidur dan memang sengaja untuk tidur bersama Mama. Aneh, setiap kali tidur bersamanya,
rasanya hati ini tenang, tentram, dan tidak ada yang perlu aku khawatirkan selama perjalanan mengarungi alam mimpi. Berbeda dengan ketika aku harus tertidur sendiri di kamarku, selalu saja syarafku terasa masih bekerja dan terjaga.Mama, ia sosok yang penuh dengan keajaiban. Bersamanya hati ini terasa nyaman.
Ada banyak pepatah mengenai kasih Ibu yang tak dapat dibayar oleh apapun.


Ya semua kalimat itu tak mungkin dapat aku pungkiri atau bahkan aku tepis meski hanya sejengkal atau sekalipun.
Bukan aku tak mau memuji akan sosokmu. Tapi kata ku tlah habis untuk sekedar mengatakan semua rasa syukurku atas keberadaanmu selalu, atas kelahiranku dari rahimmu, atas didikanmu yang tak mungkin dapat kutulis disini, atas segala yang kau beri tanpa sempat ingin ini terucap.
Mama, malu aku akan sosokmu, malu karena harus berulang kali melakukan salah yang sama dan kembali melakukan ritual permohonan maaf atas khilaf yang terulang.
Aku pun tak pandai bersuara yang menentramkan hatimu, aku tak pandai menjadi sosok yang engkau mau, tidak sepertimu Mama, yang selalu menjadi seperti apa yang aku inginkan.
Mama, selama hidupku 18 tahun ini, mungkin berulang kali aku membuatmu meneteskan air mata di pagi buta untuk meminta pada Yang Maha Kuasa agar anakmu ini dapat menyelesaikan setiap tantangan hidupnya dengan lapang dan kemudahan, atau bahkan mungkin engkau menjerit pada Illahi atas kesakitan yang kuberi bertubi-tubi.
Mama Maaf......
Ini kata yang hampir basi terucap dari mulutku yang tak punya malu.
Aku selalu bermimpi dapat memberikan sebuah dan mungkin lebih banyak dari itu sebuah rasa bangga tanpa henti, agar kau tak menyesal melahirkanku ke dunia ini. Agar kau tak merasa bersalah ketika keputusanku yang salah memilih jalan hidup. Dan agar kau tetap selalu ada untukku sampai nanti, sampai batas waktu waktu yang  tak dapat di tulis lagi dengan sebuah angka dan nominal.

Senin, 21 Juni 2010

Cup Cup Cup

Malam ini dan dua hari yang akan datang akan terasa lama buatnya.
Demam dan rasa tak nyaman itu akan menjalari tubuhnya.
Segala rasa sakit akan terkembang dalam setiap aliran darah dinadinya.
Mereka bilang ini semua untuk kebaikannya.
Mereka bilang ini akan membaikkan kehidupannya kelak.
Mereka bilang semua ini sudah lazim dan pasti dilalui setiap manusia.
Ah... Jeritannya
Tak dapat hati ini menahan pilu yang menyelinap dibalik relung yang tak nampak.
Ia kini menangis.
Berteriak sekancangnya.
Dan aku yakin ia ingin berlari dengan kakinya, namun raga tak mengiyakan keinginannya.
Tangisan itu kembali melengking ditengah malam yang senyap.
Tetap hatiku tak kuasa menyaksikannya.
Tapi aku selalu ingat, ini akan membaikkannya.
Itulah jerit tangis 'Kaka' Gouzi.
Bayi mungil yang baru saja di imunisasi di bulan ke dua keberadaannya di dunia.
Sedikit menjadi pertanyaanku.
Haruskan setiap manusia merasakan kesakitan terlebih dahulu agar hati dan jiwanya kuat?
Seperti bayi yang baru lahir, yang harus menerima imunisasi yang ia rasa sakit.
Padahal itu akan membaikkannya dimasa depan.
Seperti itukah kesakitan yang Tuhan berikan pada kebanyakan manusia.
Meski kadang tak sedikit yang menghujat Tuhan atas kesakitan yang mereka terima.
Padahal mereka tidak tahu rencana Tuhan akan selalu menjadi kebaikan bagi diri mereka sendiri.

Itu Agra Mas Lebak Bulus-Bogor

Pukul 13:30 WIB ketika kulihat kembali jam digital merah yang melingkar di tangan kiriku. Kembali leherku menoleh ke arah kanan, mencari dan menunggu kedatangan bus Agra Mas yang akan menghantarkan raga ini menuju Kota Bogor.


Lelah sudah menjalar sejak dini hari tadi, diharuskan bangun sedini itu untuk segera bergegas menuju Tanggerang Selatan dari kabupaten Sukabumi tempat aku dibesarkan. Dengan sedikit tergesa-gesa dan kantuk yang masih meradang tetap kulangkahkan kaki dengan sejuta harap dan keyakinan yang ditanam dalam jiwa. Hari ini aku akan mengikuti test Ujian Saring Mauk STAN.

Bukan merendahkan atau menyepelekan USM kalin ini, tapi baru saja dua hari yang lalu berhadapan dengan SNMPTN tentu sajah membuat mataku lumayan pening menghadapinya.

13:43 WIB tedengar dering panggilan masuk di selularku. Disana tertulis "Bapa^^" memanggil. Segera ku angkat
"Assalamualaikum pa...."
"Wa'alaikumussalam, sekarang dimana Ci? Udah nyampe mana?"
"Hm... ini daerah apa ya? Gak tau pa, ini tempat biasanya nunggu bus buat ke Bogor pake Agra kalau biasanya Ci sama A Dede. Kalau ada ke Sukabumi langsung, tapi kalau gak ya ke Bogor dulu nanti pake L 300 ke Cibadak. Kenapa Pa?"
"Kalau pulang masih siang bapa gak bisa jemput, masih ada kerjaan di proyek, tapi nanti bapa usahakan. Atau Ci tunggu sampe malem aja di Cibadak, nanti Bapa jemput. Tapi yang jelas, nanti setelah sampai Ciawi, kasih tau Bapa ya!"
"Iya Pa, eh busnya udah ada Pa, udah dulu ya. Assalamu'alaikum.."

Bus datang segera merapat ke pinggir jalan mendekati trotoar, ketika terbuka pintu bus belakang. Ough,,, penuh! Harus bagaimana lagi menunggu sedari tadi dan sekarang yang ada di hadapan tak mungkin dilewatkan lagi, hari semakin terik, dan rasanya tak ingin menunda lagi untuk segera bergegas sebelum malam datang dan jalanan nanti macet total dipenuhi arus balik dari Puncak menuju Ibu Kota.

Segera menaiki anak tangga dan tercekak karena tak bergerak lagi, kaki ini terhenti di anak tangga kedua dari atas. sambil sedikit menerawang kesudut bus, dan terlihat hampir seluruh penumpang merupakan anak muda seusiaku. Sedikit menebak, sepertinya mereka pun sama sepertiku yang baru saja mengikuti test USM STAN kuota Kota Jakarta. Tebakan ini mudah saja, rambut mereka yang lumayan tebal dan lebat tak tersisir rapi dan sedikit terkesan awut-awutan seolah menjadi tanda kebanyakan anak remaja masa kini.

Beberapa detik kemudian seorang yang memiliki kulit putih dan mengenakan kawat gigi berwarna hijau tersenyum dengan wajah yang ramah dan sangat bersahabat sambil berdiri dia katakan,
"Mau duduk Mbak? Silakan.." wajahnya yang ramah kembali tersenyum.
Dengan sedikit kaget dan terkagum atas kebaikannya aku balik bertanya,
"Owh, terimakasih... serius ni?"
"Iya sok aja"
"Makasih....." sedikit senyum atas bahagia dan karena ternyata masih ada seorang muda yang mau berbaik hati kepadaku ditengah kondisi yang melelahkan, ini sungguh terasa luar biasa.

Sesaat terdengar olok-olokan kawanan pemuda ini, dengan berkata hal-hal yang dapat mebuatku malu dan jengkel bersamaan. Tapi ucap syukur ini terus berulang tanpa terhenti.

Beberapa saat kemudian Agra Mas segera meluncur meninggalkan halte bus yang masih dipenuhi calon penumpang yang tidak terangkut kedalam bus.

Sepanjang pejalanan yang melelahkan ini, rasanya ingin kupejamkan mata meski hanya sesaat, namun kondisi tak mendukungku. Posisi tempatku duduk berada tepat di jok paling belakang bus, dengan kondisi diapit oleh dua orang teman dari pemuda ramah tadi yang sekarang ini sedang bergantung dihadapanku. Terlihat wajah lelah hampir disetiap wajah penumpang, tanpa kecuali si pemuda tadi.

Sesaat kemudian Agra Mas sudah memasuki tol yang akan dengan cepat mengantarkan penumpang menuju Terminal Baranangsiang Bogor. Wajah lelah dan ngantuk tetap bersarang di muka ku. Dengan sedikit mencuri pandangan, kulihat pemuda tadi seperti berhasrat yang sama sepertiku 'ingin memejamkan mata' namun kondisinya yang bergantung di Agra Mas tak memungkinkan hal itu. Terkadang ia memejamkan matanya dengan tetap berpegangan pada Agra Mas dan tak lama matanya kembali terbuka untuk membaca pesan singkat yang masuk ke ponselnya kemudian membalas pesan tadi dan kembali berusaha terpejam dalam kondisi tergantung.

Sempat terfikir unuk kembali menawarinya duduk dan mungkin bergantian untuk beberapa saat, tapi kekakuanku membuat semua ingin tadi tak sempat terucap dan hanya menyisakan sebuah pandangan yang tak berarti apa-apa.

Agra Mas melaju lebih cepat dari sebelumnya. Dan kali ini bahu kiriku terasa agak berat, sejurus kutengok dan ternyata seorang dari kawanan pemuda ini sedang menelusuri alam bawah sadarnya, perawakannya yang tinggi besar membuat aku berkali-kali seolah membetulkan posisi duduk agar ia dengan tak sadar pula menggeser badannya dan agar tak bertumpu di pundakku.

Kucoba berkali-kali, dan berhasil dan kembali ke posisi semula. Pemuda yang duduk di sebalah kiriku ini cukup menggangguku dengan kondisinya kini. Tak biasa menjadi tempat bersandar seorang pria dan masih sangat asing membuatku berada pada kondisi sungguh tidak nyaman. Ingin rasanya tol Ciawi ini segera berakhir, atau sebuah pikiran jahatpun sempat muncul di otakku untuk berdiri tiba-tiba dan membiarkannya terbangun setelah tersungkur dari tempat duduknya ini.

Agra Mas melaju dengan kecepatan konstan, hal ini tentu membuatku merasa lebih lama berada dalam kondisi tidak nyaman. Rasa lelah, ngantuk dan ingin terpejam yang sedari tadi meradang, semuanya seolah tertahan dengan sempurna. Seluruh situasi ini mendukungku untuk tetap terjaga dan tak terpejam walau hanya satu menit.

Sempat terfikir olehku untuk berkenalan dengan seoarang muda yang bergantung tepat dihadapanku ini. Tapi dasar memang tidak terbiasa rasanya mulut ini tetap kaku, padahal tanpa disengaja beberapa kali pandangan kami saling beradu. Tapi tidak, ini bukan yang sering orang ceritakan dalam kisah cerpen yang banyak kubaca.

Tak lama setelah itu Agra Mas keluar dari tol Ciawi, dan segera mengantarkan kami para penumpang untuk berhenti dan menurunkan kami diluar terminal. Hari ini lelah, sungguh lelah, terlebih setelah menuruini Agra Mas aku harus segera mencari tumpangan menuju Sukabumi tercinta.

Parjalanan Agra Mas kali ini boleh untuk tidak kulupakan, atas alasan tempat duduk yang secara tiba-tiba menghampiriku, dan pandangan yang sering beradu tanpa di akhiri oleh sebuah perkenalan sekalipun dan hanya menyisakan senyuman atas segala nikmat yang ada.

^^

Jumat, 18 Juni 2010

Ada-ada Ajah di SNMPTN 2010

Hihihihihi....

Hari ini bener-bener lucu.

Aku puyeng banget.....

Stresssss dan segala macamnya bercampur aduk.

Sapa yang mau tau urusan aku? HEHE

Bukan nanya, maksudnya siapa juga yang bakal peduli kesulitanku.

Sambil ketawa-ketiwi aku inget hari kemarwn, tepatnya 17 Juni 2010.

Dua hari sejak tanggal 16 Juni aku dan seluruh siswa tamatan SMA pada nimbrungin yang namanya SNMPTN (Indonesia banyak singkatan bikin sebellllllllll.........><)

Nah..... di SNMPTN ini alias Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (panjang bener yak...) aku pilih program IPC alian Ilmu Pengetahuan Campuran, otomatis, meskipun aku anak IPA di IPC ini aku di suguhi semua matapelajaran barudak IPS seperti Ekomoni, Geografi, Sejarah, en Sosiologi. Anak-anak IPS yang pilih IPC juga gak kalah puyeng dech di jamin, soalnya mereka mesti, kudu bin wajib melahap 60 soal MIPA alias Matematika IPA, pasti tau donk lezatnya soal-soal IPA, yang sejenis Kimia, Biologi en si mantep kita Fisika.

Entah ini hanya syndrome yang menyerangku sajah, aku ngerasa gugup banget, ngaku dech, persiapan gak optimal (boro-boro optimal tadinya gak bakal ikut gara-gara dah sering gak lulus.. hihihihihuhuhuhu.... sedddiiiihhhhhhh....) tapi kali ini bukan niat ikut-ikutan tapi aku emank mau ikutan beneran, abisnya gak ada lagi kesempatan buat daftar di PTN alias Perguruan Tinggi Negeri selain lewat jalur SNMPTN ini.

Hari pertama kita neh (anak-anak yang ikut SNMPTN maksudnya) dikasih soal-soal TPA apa lagi tuch? Yaps, Tes Potensi Akademik, waktu ngerjain soal itu maaf bukannya sombong tapi aku ngerasa lancarr buat abisin semua soal (mudah-mudahan bener banyak) tapi pas masuk ke pelajaran dasar yang isinya Matematika, Bahasa Indonesia, en Bahasa Inggris, aduch kacau... Ada si ngantuk yang ganggu, sampe-sampe waktu 30 menit abis cuma buat melototin Bahasa Indonesia, Matematika dah gak kepikiran, Bahasa Inggris widdddddiiiiiiihhhhhh teksnya bukan main panjang benerrrrrrr ngarti enggak, payah banget dech. Wal hasil hari itu dibikin puyeng setengah mampussss.

Di hari kedua, prediksi aku gak melenceng, pas ngerjain siaol MIPA aku cuma bisa jawab soal matematika dengan keyakinan 100% itu cuma satu soal dari 15 soal yang ada, duch sumpeh soalnya susah banget buat aku yang bodo banget matematikanya (tanyain Pa Yudi dech kalo gak percaya). Udah gitu penderitaan aku di MIPA belum berakhir, mesti kosongin masa iya aku mesti kosongin lembar jawaban gara-gara gak bisa jawab, soalnya kalo salah poinnya di kurang satu, kalo bener nya poinnya empat kalo kosong ya enol ajah. Dengan sedikit nekad aku coba jawab sambil tembak menembak (mudah-mudahan sasaran aku tepat semua).

Setelah istirahat 45 menit yang di isi ngobrol bareng Intan Armo, Mayang, en ketemu beberapa temen SSC kita lanjutkan kesakitan dengan terus-menerus menjadi seorang ilmuan yang mencoba cari jawaban sendiri tanpa dalil yang tepat sepertinya.

Soal IPS yang jumlahnya 60 mesti beres selama 60 menit... Widih mantep juga kan, dasar niatnya mau jadi ilmuan aku sempet rada-rada kaget juga, soalnya 45 soal selain ekonomi setengah jam ajah dah beres.. sempet kepikir (wah si Nensi teu waras) agak malu juga kalo jawaban salah semua, ah tapi terserah dech itu yang udah aku lakukan semampuku. Dan untuk soal ekonomi, ngaku dechh ternyata susah banget, banyak istilah-istilah yang jarang kedengeran, ya kecuali kayak imflasi yang gini-gini sering di obrolin di TV. Saking mentoknya ngerjain soal ekonomi, sambil iseng ajah, aku mulai curat-coret bikin syair. Aku sebut syair, maklum kurang puitis kalo di sebut puisi.

Wal hasil setelah waktu yang sempet kerasa lama bangett gak abis-abis setelah bel bunyi aku langsung capcus nemuin temen-temen, di luar sempet ngakak bareng Alan, soalnya semua jawaban kita sama "hasil nembak sekenanya" (sekali lagi mudah-mudahan jitu).

Duch payah juga siyh emank, kalo semua soal di jawab hasil nembak, tapi enggak ko, aku juga meret otak dulu sebelum akhirnya aku jawab di LJK lagi-lagi singkatan dari Lembar Jawaban Komputer.

Sekarang ini tinggal nunggu hasilnya ntar tanggal 17 Juli lama juga siyh sebulanan, yang bakal bikin bingung kalo aku gak dapet PTN aku mesti Kuliah dimana? Nah loch, akhirnya kehawatiran muncul lagi. Iyh pada tau gak siyh kalo aku ini dah sakit banget. Sakit gara-gara belum dapet tempat kuliah, sakit tiap kali denget orang pada nanya "Ci kuliah dimana jadinya?" Dududuhhhh pada tau gak siyh beban ini?

Tapi harapan aku gak boleh padam, aku tetep yakin Jalan yang sudah di sediakan-NYA untukku, kalopun aku gak dapet PTN mohon diterima dengan ikhlas, berarti 'INILAH YANG TERBAIK' Kang Sonny GS-red).

Yang paling kerasa sesek, karena aku belum bisa memberikan kebanggaan terbaik buat keluargaku, aku belum bisa seperti a Dodi, a Dede, n Teteh. Aku gak seterampil Mamah, Aku juga gak sepintar Bapak. Tapi ini aku.....

Loch... ko jadi sediih gini?

Udah ah... sebelum air mata ini jatuh berguguran.

Sekali lagi.

Aku tetap berharap dapat diterima di PTN meski itu aku akan berusaha terima dengan Hati yang terbuka apapun keputusan dan hasilnya nanti.

*_*

Jumat, 11 Juni 2010

Hanya

Ini hanya sekedar ulasan hati
Ini hanya protes diri
Ini hanya sebuah ilusi
Ini hanya sekedar celoteh hati
Hati
Hati
Hati
Aku tak sanggup hadapi ini
Semua terasa sulit
Meski adrenalin ku meng-iya-kan
Bolehkah aku hanya sekedar berujar
Bahwa aku "menyerah untuk kali ini"
Aku tak mampu
Aku lemah
AKU LELAH
Aku bosan
Aku tak sanggup
Aku tak mahu
Aku...
Ini kah aku?

Senin, 07 Juni 2010

Hukum-AN


Apa itu hukum?

Hukum

Selau berawal dari sebuah pertanyaan.

Teringat satu kisah di akhir masa pemantapan UN SMA tahun 2010.
Pagi itu seperti biasa, saat berangkat dengan menggunakan 'OJEG' Mang Ajat, meski terasa sudah siang dan diingatkan berkali-kali agar motor dilajukan lebih cepat, Mang Ajat tetap saja menarik tali gas semampunya(sebatas pesan yang mama bolehkan untuk berada di jalan). Tanpa berniat untuk menyalahkan Mang Ajat, ternyata aku datang terlamabat.

Di gerbang sekolah seperti biasa, Trio Macan yang paling ingin ku sebut dengan Trio Wekwek yang udah bubar jaman doeleo, ternyata telah hadir dimuka gerbang. Kita sebut saja mereka Kwik, Kwek, Kwak agar lebih mudah dan sedikit menutupi identitas si pelaku.

Saat memasuki gerbang segera aku bersalaman kapada kwek, dia dapat meloloskanku dari jeratan pertama, kemudian aku bersalaman dengan Kwak, dia juga meloloskanku. Sayang sungguh malang, ada salah satu siswa yang sudah di cegat di gerbang menunjukkanku kepada si Kwak. Dengan terpaksa aku berhenti dan di tariknya aku kedalam kerumunan 'anak-anak yang terlambat masuk gerbang sekolah'. Sayang saat itu mood untuk meminta keadilan sedang tidak ada, sehingga tak ada perlawanan yang berarti. Namun ternyata hukuman baru akan dimulai setelah seluruh siswa yang terlambat terkumpul. Ternyata meskipun letak sekolah berada di jalur utama, tetap saja terjadi banyak hambatan, misalnya jam masuk pegawai garmen dan pabrik sepatu, belum lagi jalan di pasar Pangleseran. Oughhh kalau pagi macet bukan main. Hal ini menjadi salah satu cara berkelit anak-anak sekolah pada umumnya. 

Hukuman di mulai setelah melewati 30 menit jam masuk. Seluruh siswa di kumpulkan, dibariskan berdasarkan banjar per angkatan masing-masing. Ternyata eeee ternyata, siswa kelas XII yang paling banyak terlambat. Eh iya si Kwik hari ini sedang tidak ada, beruntungnya ia lepas dari jeratan rasa benciku untuk hari itu.

Kwek dan Kwak mulai berceloteh, mereka memasang gaya sok paling keren gara-gara bisa menghukum para pelaku kejahatan keterlambatan masuk gerbang sekolah, padahal (maaf banget sebelumnya buat almamaterku) sekolah aku bukan sekolah yang cukup tertib mengenai waktu, gak sedikit guru yang datang terlambat masuk kelas, dan segera membubarkan kelas padahal waktu belajar masih sangat lama, intinya soal waktu jangan ada yang berasa paling suci, ampir semua penghuni sekolah pasti pernah korupsi soal ini meski ada yang meminta ijin ataupun hanya cengar-cengir setelahnya.

Balik lagi ke si Kwek, Kwak, satu hal yang membuat aku merasa di dzolimi, kenapa hukuman terlambat masuk gerbang 5 menit harus sama dengan hukuman siswa lain yang terlambat lebih dari 30 menit? Ini satu bukti pemukulan hukuman yang tidak berlandaskan asas keadilan. Dan hal lain yang masih terselip di otak sampai sekarang, apa manfaat dari hukuman jemur yang diterapkan selama 2 jam pelajaran terhadap siswa yang melanggar tata tertib jam masuk? 2 jam pelajaran itu artinya kehilangan kesempatan menyaksikan guru di depan kelas selama 90 menit. Dan ini juga waktu yang sebentar untuk sebuah hukuman bagi siswa yang sedang sakit namun memaksakan diri untuk tetap bersekolah.

Ah.......

Semuanya memang selalu terasa ganjal di kepalaku, anehnya meskipun sekolah sudah menerapkan sistem poin bagi seluruh siswa, pada saat itu dengan ajaib sistem poin raib dan tetap hanya hukuman jemur yang di berlakukan. 

Kalau sajah boleh memilih, aku berani mempertaruhkan poin ku sebanyak 50 poin (meski di peraturan terlambat hanya dikenakan 5 poin) asal tidak harus di jemur dan kehilangan kesempatan belajar selama 90 menit. 

Yang selalu berkeliaran di kepalaku, apakah hukuman itu sudah pantas dan sangat wajar? Tidak adakah gaya hukuman lain yang lebih mencerdaskan? Karena sungguh di jemur sangat-sangat tidak bermanfaat dan hanya berakhir pada sebuah rasa benci pada si Kwek dan Kwak...

Jumat, 04 Juni 2010

^-^

Sulit mengatakannya untuk yang satu ini
Tidak,
Ini bukan rasa,
Hanya sebuah asa

Bondan Prakoso & Fade2 Black Ya Sudahlah

 

Lagu ini dapat menguatkanku....
Sulit mengungkapkan segala gundah di hati.
Setidaknya ini sedikit mewakili kondisi hatiku saat ini.