Aku tak tau pasti diriku siapa.
Aku hanya menulis, apa yang ada dalam ujung jariku.
Tak ada yang memintaku menulis.
Tapi aku selalu menulis.
Menulis bukan sebuah pekerjaan yang mudah, tapi setidaknya menulis akan selalu mudah dilakukan, selagi kau mau.
Para pencerita menulis untuk menyampaikan kisah.
Penyair menulis untuk menyampaikan kegundahan di hati.
Para pencetak sejarah pun terkenang karena namanya tertulis.
Lantas apa lagi yang masih membuatmu enggan menulis?
Apa yang salah dengan deretan kata yang membentuk frase syarat makna?
Jika aku katakan aku ingin menjadi penyair yang melukiskan keindahan serta keburukan dalam diksi yang berdekatan, kenapa tidak?
Aku adalah pengumpul kata, karena aku menulis.
Aku menyambungkan makna, namun tak berarti aku segala.
Aku tetap menulis, dan akan terus menulis, meski tidak ada yang memintaku menulis.
Aku menulis, aku bercerita pada diriku.
Aku menyampaikan gundah lara dalam hatiku.
Aku menulis, meski aku bukan penulis.
(Setah ratusan hari berlalu)...